Konsumen Mulai Berpikir Dua Kali Sebelum Pesan Makanan Online
Dulu, pesan makanan online itu simpel. Klik, bayar, tunggu sebentar, lalu makanan datang. Tapi sekarang? Wah, beda cerita! Harga makanan melambung karena biaya layanan yang makin mahal. Konsumen pun mulai berpikir dua kali. Apakah worth it bayar lebih hanya untuk kenyamanan?
Biaya Aplikator yang Kian Mencekik
Kalau dulu ongkir yang bikin kaget, sekarang biaya aplikator lebih bikin pusing. Komisi untuk platform bisa mencapai 20-30% dari harga jual. Itu baru biaya aplikasi, belum tambahan ongkir dan pajak. Alhasil, harga yang sampai di tangan konsumen bisa naik jauh dari harga aslinya.
Contoh Kasus: Nasi Goreng Jadi Barang Mewah?
Bayangkan, sebuah warung nasi goreng biasa menjual seporsi seharga Rp20.000. Setelah masuk ke aplikasi, ditambah komisi aplikator, biaya pengemasan, dan ongkos kirim, harga bisa melonjak ke Rp35.000-Rp40.000! Siapa yang masih mau beli kalau harga naik segila itu?
Pedagang Kuliner Online Mengeluh: "Kami yang Jualan, Mereka yang Untung!"
Banyak pemilik usaha kecil mengeluh bahwa keuntungan mereka makin tipis. Bahkan ada yang merugi! Bayangkan, mereka harus:
- Menyediakan bahan baku berkualitas
- Memasak dengan standar terbaik
- Membayar biaya kemasan
- Menghadapi kenaikan harga bahan pokok
- DAN masih harus berbagi keuntungan dengan aplikator!
Sebagian mulai berpikir untuk keluar dari aplikasi dan kembali ke model jualan konvensional.
Solusi: Strategi Baru Biar Tetap Laris Tanpa Aplikator
Nah, kalau mau bertahan tanpa tergantung pada aplikasi, ini dia beberapa strategi yang bisa dicoba:
1. Bangun Jaringan Pelanggan Setia
Gunakan media sosial! Instagram, Facebook, WhatsApp Business, atau bahkan TikTok bisa jadi senjata ampuh. Buat promo khusus untuk pelanggan yang memesan langsung. Potongan harga 10% masih lebih baik daripada bayar komisi 30% ke aplikator, kan?
2. Gunakan Kurir Pribadi
Alih-alih mengandalkan jasa antar dari aplikasi, cari kurir lokal atau hire pegawai sendiri untuk mengantarkan pesanan. Dengan begitu, ongkir bisa lebih murah dan pelanggan nggak terbebani biaya tambahan.
3. Kolaborasi dengan Komunitas
Bergabunglah dengan komunitas lokal atau grup WhatsApp/Telegram yang fokus pada jual-beli makanan. Banyak pelanggan yang lebih suka pesan langsung daripada lewat aplikasi.
4. Optimalkan Website atau Aplikasi Sendiri
Kalau modal cukup, buat website pemesanan sendiri! Sekarang banyak platform yang memungkinkan pembuatan toko online dengan biaya minim, seperti Shopify atau Tokko. Lebih bebas, lebih untung!
Kesimpulan: Bisnis Harus Adaptasi atau Gulung Tikar!
Mahalnya biaya aplikator memang jadi tantangan besar bagi usaha kuliner online. Namun, bukan berarti bisnis harus menyerah! Dengan strategi kreatif, pedagang bisa tetap eksis tanpa harus bergantung pada platform yang makin mahal. Kuncinya? Bangun hubungan lebih dekat dengan pelanggan dan manfaatkan teknologi dengan cara yang lebih cerdas!
Bagaimana menurut kamu? Apakah masih sering pesan makanan online atau sudah mulai beralih ke metode lain?